Saturday, January 15, 2011

Lahan Basah vs 'Lahan Basah'

Cakupan lahan basah sangat luas, baik yang alami seperti: kawasan mata air, danau, sungai, laguna, gambut, mangrove, gambut, lamun dan terumbu karang; maupun yang buatan, seperti kolam, tambak, sawah dan waduk. Keberadaannya bisa saja berada di latidute maupun altitude manapun. Dari yang berasa hambar, payau hingga asin.

Jelas yang in terkait lahan basah lebih dari 5 dekade ini adalah mangrove, gambut dan terumbu karang. Ketiganya menyimpan keanekaragaman hayati dan nilai jasa lingkungan (environmental services) yang tinggi. Bahkan gambut 'diamini' sebagai penyimpan, penyerap sekaligus pelepas karbon yang semakin countable. Meski demikian, menyoal endemisme spesies (jenis), danau-danau alami yang masih ada (baca: belum mengering), tidak bisa diremehkan.

Berita buruknya, semua jenis lahan basah alami begitu tak berdaya dengan eksploitasi berlebih dan pembumihangusan. Realita ini menandakan bahwa nilai biodiversity dan jasa lingkungan yang melekat pada 'lahan basah' masih dipandang sebelah mata, atau digadaikan untuk kepentingan lain karena dikategorikan sebagai lahan nganggur tak berguna.

Semakin kontras, lahan basah telah menjadi 'lahan basah' lain, di bumi yang sama, untuk kepentingan pengurasan sumberdaya kayu alam, penguasaan lahan dan ekpansi perkebunan skala besar oleh penguasa korup dan pemodal rakus.

Apa yang bisa dilakukan?!

Selamatkan yang tersisa. Silakan jadi penguasa yang adil dan pemodal yang bijak. Berdoa!